Kurun Niaga #4

Kurun Niaga #4

How is the story told after it’s over

About the project

Kurun Niaga adalah studi tentang sejarah pertanian dan perniagaan di Solok, Sumatera Barat. Platform ini diinisiasi oleh Komunitas Gubuak Kopi pada tahun 2019, dengan melibatkan partisipan dari beragam disiplin ilmu untuk mengkritisi arsip-arsip dan narasi yang dikelola oleh institusi-institusi besar, seperti pemerintah dan kolonial. Kurun Niaga mengembangkan ide-ide dekolonialisasi, serta perebutan/penciptaan narasi yang mengedepankan perspektif warga.

Kurun Niaga #4

Pada seri ke-4 ini Komunitas Gubuak Kopi mengusung tema “how is the story told after it’s over?“. Secara spesifik serial ini mengkritisi proses produksi narasi yang disokong lembaga-lembaga besar seperti negara, UNESCO, akademisi, dan lainnya. Sebaliknya, proyek ini mengajak sejumlah partisipan dari sejumlah kolektif, mengembangkan modul kerja artisitik dan metode produksi narasi dalam menyoroti isu-isu di sekitarnya.

Komunitas Gubuak Kopi x Krista Jantowski

Pada Kurun Niaga #4, Komunitas Gubuak Kopi dan Krista Jantowski, menginisiasi proyek ‘A Question of Power’, sebuah upaya kolaboratif untuk mempertanyakan narasi sejarah, memori kolektif, dan warisan budaya dari dua bekas wilayah pertambangan batu bara, Sawahlunto (Sumatera Barat, Indonesia) dan de Oostelijke Mijnstreek (Zuid-Limburg, Belanda), melalui masa lalu kolonial mereka yang sama.

Pertanyaan utama dalam proyek ini adalah: Bagaimana cerita tersebut diceritakan setelah selesai? Dengan demikian, A Question Of Power, befokus pada penceritaan dari situs kekuasaan: bagaimana (dan oleh siapa) sejarah dirancang, mengakui berbagai proses dinamis dalam membuat makna, di mana cerita terus-menerus diceritakan (kembali), dibentuk, dan dilembagakan agar sesuai, serta memperbaiki narasi tertentu, sembari mengaburkan narasi lain.

Komunitas Gubuak Kopi x Pekan Kebudayaan Nasional

Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2024 sebagai salah satu Rencana Aksi Pemajuan Kebudayaan berupaya menghadirkan paradigma baru dalam memaknai kebudayaan yang dibingkai dalam filosofi “lumbung”. Paradigma ini menekankan metode pemajuan kebudayaan dapat diwujudkan melalui konektivitas, jaringan antar pelaku, semangat berbagi non-moneter, kolaborasi bukan kompetisi, serta inklusi komunitas. Metode ini diharapkan dapat menciptakan ekologi budaya yang mendukung paradigma pemajuan kebudayaan, memperkuat unsur-unsur non-manusia dalam kebudayaan, serta mendorong regenerasi bumi dan membunuh kehidupan yang harmonis antara manusia dan alam. PKN menjadi simbol dari usaha kolektif dalam merawat bumi dan kebudayaan, dengan menginspirasi perubahan cara hidup menuju praktik yang lebih berkelanjutan dan berpihak pada kearifan lokal.

Dalam merealisasikan paradigma Kebudayaan di atas, bingkaian “lumbung” membagi PKN menjadi 3 fase, yakni fase rawat, fase panen, dan fase bagi. Pada tahun 2024 ini, PKN akan merealisasikan Fase Rawat, yang diekstraksi bersama belasan komunitas yang terdiri dari belasan “hub” yang tersebar di berbagai pulau. Hub tersebut diharapkan dapat menjadi jembatan menjadi menjangkau kolektivitas dan jaringan antar-pelaku yang lebih luas lagi. Dalam hal ini, Komunitas Gubuak Kopi yang dipilih sebagai bagian dari Hub Sumatera, untuk mendukung upaya dan cita-cita paradigma baru tersebut. Fase Rawat ini, sejalan dengan pengembangan Proyek Kurun Niaga #4 sebagai upaya menjangkau dan membangun jejaring kelompok-kelompok budaya yang lebih luas lagi di Sumatera, khususnya dalam program kerja produksi narasi berbasis kegiatan pengarsipan wilayah, dan pengembangan modulnya sebagai salah satu pilihan model pendidikan kontekstual .

Partisipan Project

Fasilitator
Albert Rahman Putra, Amelia Putri, Akbar Yumni Biki Wabihmadika, Dika Adrian, Hafizan, Nanda Prima, M. Biahlil Badri, Volta Ahmad Jonneva,  Yeni Wahyuni, Zekalver Muharam

Hub Sumatera Fase Rawat PKN 2024
Kurator: Handoko Hendroyono, Nyak Ina Raseuki (Ubiet)
Koordinator Hub Sumatera: Albert Rahman Putra (Komunitas Gubuak Kopi), Renny Destiani (Komunitas Seni Sarong Budaye), Semi (Sekolah Seni Tubaba)

Narasumber Tamu

Akbar Yumni, Maiza Elvira, Rifandi Septiawan Nugroho, Krista Jantowski, Prasetya Yudha Dwi Sambodo

Partisipan

Sandro Lumbantobing (Titik Abdi-Langkat, Sumatera Utara), Mellya Fitri (Gajah Maharam Photography – Solok, Sumatera Barat), Riski Ramadani (Non Blok- Pekanbaru, Riau), Fariz Fadillah Afdhal (Manual Kampar, Bangkinang, Riau), Mohammad Irvan (Forum RT 05- Payakumbuh, Sumatera Barat), M Fauzan (Teater Balai- Bukittinggi, Sumatera Barat), Eka Dalanta Rehulina (Ngobrol Buku- Medan, Sumatera Utara), Debora Angelia Pardosi (Solu- Balige, Sumatera Utara), Yogi Aguswandi (Pondok Belantara- Kab. Kampar, Riau), Riki Rahmad Dani (Paninjauan Saiyo-Paninjauan, Sumatera Barat), Rozi Edrus (Trashbag Community DPD- Tikalak, Sumatera Barat), Diska Lamtiar Br Manurung (Sekolah Gendre- Padang, Sumatera Barat)